PERUBAHAN LINGKUNGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MAKALAH PERUBAHAN LINGKUNGAN SUMBER
DAYA MANUSIA
DISUSUN OLEH :
Aditya
Pangestu Nugroho
0433081920428
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
PRIMAGRAHA TANGERANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat dan Hidayah-NYA kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Perubahan Lingkungan Sumber Daya Manusia dengan tepat waktu. Atas
dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pengampu mata kuliah Manajemen
SDM.
Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
belumlah sempurna dan masih banyak kekurangan ataupun kesalahan dalam
penulisan. Oleh karena itu kami menerima saran dan kritik yang membangun dari
rekan-rekan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan harapan kami
semoga makalah ini dapat membantu dan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untukitu kami mohon bantuannnya dalam mengkoreksi makalah ini
untuk ke depannya agar dapat kami perbaiki dalam bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Tangerang, 16
Desember 2021
Penyusun
i
DAFTAR ISI
|
Pengantar dari
Redaksi
......................................................................................... |
i |
|
Daftar Isi ................................................................ Pendahuluan
..................................................................................................... Perubahan Lingkungan Bisnis Dan Peran Sumber Daya Manusia .............................................................. |
ii 3 |
|
Tantangan
Manajemen Sumber Daya Manusia ......................... |
3 |
Mengelola SDM Untuk Menciptakan Kompetensi
................................... 5 -
6
Mengelola SDM Untuk Meningkatkan Daya Saing
.................................. 7
Mengelola SDM Untuk Menghadapi Globalisasi
...................................... 8
Berbagai Perubahan Dalam MSDM
................................................... 9
Perubahan Fungsi MSDM
.................................................................. 10
Perubahan
Perhatian (Focus) MSDM ................................ 10
Perubahan Kualifikasi
Pengelola SDM ................................ 11
Implikasi
Perubahan MSDM Pada Departemen SDM ............. 12
Kesimpulan
........................................................................... 13
Daftar Pustaka ..................................................................... 14
ii
PERUBAHAN LINGKUNGAN
BISNIS DAN PERAN MANAJEMEN SUMBER
DAYA MANUSIA
PENDAHULUAN
Pada saat ini SDM merupakan investasi
yang harus ada dan syarat mutlak berlangsungnya operasi organisasi. Peran MSDM telah mengalami perubahan sejalan dengan munculnya
berbagai perkembangan. Makin besarnya
peran MSDM merupakan akibat yang tidak dapat dihindarkan dari berbagai
perubahan yang terjadi.
Pesatnya kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi terutama
di bidang transportasi dan komunikasi
telah memperkecil jarak antar bangsa. Persaingan
semakin terbuka dan lingkungan bisnis semakin kompleks. Peran SDM yang lebih besar dari sebelumnya sangat diperlukan.
Bukannya menjadi
suatu hal yang berlebihan jika departemen SDM mempunyai kesempatan untuk menjadi anggota
vital dalam team manajemen. Perubahan peran MSDM dan departemen SDM sangat diperlukan agar departemen dan fungsi-fungsi SDM memiliki peran signifikan. Perubahan
lingkungan bisnis yang terjadi menghadapkan organisasi pada isu-isu
pentingnya SDM dan ketidakpastian tenaga kerja. Kondisi ini memerlukan keterlibatan manajer lini untuk mengendalikan fungsi-fungsi SDM.
Perubahan Lingkungan Bisnis, Pentingnya Tenaga Kerja
Perubahan-perubahan mendasar
dalam lingkungan bisnis menuntut peran MSDM yang lebih besar. Berubahnya lingkungan bisnis secara
dramatis ditandai dengan bergejolaknya lingkungan bisnis, bisnis yang semakin
kompleks dan tidak dapat diprediksi dan meningkatnya biaya-biaya operasi dan tekanan kompetitif menciptakan
tantangan bagi organisasi yang ingin meraih keunggulan kompetitif.
Pesatnya perkembangan teknologi terutama di bidang informasi
dan komunikasi telah memperkecil jarak antar bangsa.
Dengan berkembangnya teknologi
persaingan semakin terbuka
dan bisnis semakin kompleks. Permintaan tenaga kerja dengan
keterampilan,
pengetahuan, dan kemampuan tinggi semakin meningkat. Tuntutan ini dapat dipenuhi dengan sourcing,
education (pendidikan) dan retraining
(pelatihan kembali secara kontinyu). Organisasi menjadi semakin kompleks
baik dari segi produk, operasi, teknologi, fungsi bisnis, dan terobosan-terobosan pasar
yang dilakukan.
Mulai era 1990-an muncul trend organisasi yang lebih datar, lebih ramping, dan lebih fleksibel sehingga
menciptakan tantangan bagi manajer dan staff
SDM (Walker, 1990). Aspek-aspek demografi dan ketersedian tenaga
kerja telah berubah. Respon yang lebih besar telah diberikan pada
kekuatan- kekuatan eksternal
(perundang-undangan, peraturan, peradilan,
dan hubungan serikat pekerja). Perubahan
lingkungan bisnis yang terjadi
mengarah pada pengakuan
pentingnya SDM.
SDM
merupakan asset kritis organisasi yang tidak hanya diikutsertakan dalam filosofi perusahaan tetapi juga
dalam proses perencanaan strategis. Menurut Kathrin Connor, wakil presiden SDM di Liz Claiborne :
Human
resource is a part of strategic planning process. It is a part of policy development, line extention planning
and the merger and acquisition processes. Little is done
in planning, policy on finalization stages of any deal.
Dari
pernyataan Kathrin Connor, diakui bahwa SDM merupakan bagian proses perencanaan strategis
dan menjadi bagian pengembangan kebijaksanaan organisasi, perencanaan perluasan
lini organisasi, proses merger dan akuisisi organisasi. Hanya sebagian kecil saja hal-hal
yang dilakukan organisasi
tanpa melibatkan SDM dalam membuat perencanaan, kebijakan, dan pembentukan strategi organisasi. Apabila
organisasi melkukn perencanaan
strategis manajer lini lebih berkemungkinan melihat sifat-sifat penting isu-isu SDM yang ada.
Masalah-masalah
SDM terus meningkat khususnya berkenaan dengan
supply tenaga kerja terampil,
yang memiliki kemampuan adaptasi memadai, dan
mampu menghadapi kerancuan-kerancuan yang ada (ambiguitas) SDM mempunyai andil yang besar bagi
keberhasilan bisnis. Isu-isu SDM meliputi isu bisnis yang berkaitan
dengan tenaga kerja, dan isu-isu
tersebut mempengaruhi esensi bisnis seperti
profitabilitas, survival, daya saing, kemampuan
adaptasi dan fleksibilitas.
Kritisnya peran
SDM tidak disertai dengan sifat kepastian tenaga
kerja. Justru sebaliknya terdapat peningkatan ketidakpastian tenaga kerja yang dihadapi
organisasi. Organisasi tidak dapat menentukan secara pasti hal-hal yang berkenaan dengan supply tenaga kerja antara lain :
1.
Bagaimana menarik, mempertahankan, dan memotivasi SDM yang semakin
beragam.
2.
Bagaimana untuk mendapatkan
individu yang memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang tepat. Akhirnya
bagaimana mengarahkan SDM yang ada agar dapat menjadi sumber keunggulam kompetitif baik secara domestik
maupun internasional.
Tantangan Manajemen
Sumber Daya Manusia
Perubahan lingkungan bisnis serta dramatis dan ketidakpastian tenaga kerja menuntut perubahan fungsi-fungsi MSDM. Perusahaan melibatkan manajer lini dan manajer SDM untuk menghadapi isu-isu bisnis dan berbagai tantangan akibat berubahnya lingkungan. Situasi ini mencerminkan perubahan peran-peran MSDM dan penempatan kembali (repositioning) fungsi dan departemen SDM. Meningkatnya isu-isu bisnis yang terkait dengan SDM memiliki pengaruh kuat pada manajer lini dan manajer SDM. Secara garis besar terdapat empat masalah utama yang dianggap sebagai isu bisnis yang berkaitan dengan SDM, yaitu :
3
1. Mengelola SDM untuk menciptakan kemampuan (kompetensi)
2. Mengelola diversitas
tenaga kerja untuk meraih keunggulan
bersaing.
3. Mengelola SDM untuk meningkatkan daya saing atau competitiveness.
4. Mengelola SDM untuk menghadapi globalisasi (go internasional)
Mengelola SDM Untuk Menciptakan Kompetensi
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat
individu-individu yang masuk dalam angkatan
kerja, secara berangsur- angsur kekurangan keterampilan. Sebagai tenaga kerja mereka
ketinggalan jaman karena kemajuan
teknologi dan perubahan-perubahan organisasional. Isu yang berkaitan dengan pengelolaan SDM untuk menciptakan
kompetensi memiliki dua macam target
yaitu bakat manajerial dan perubahan teknologi. Kemampuan manajerial perlu ditingkatkan untuk meningkatkan
kompetensi SDM, sedangkan revolusi
teknologi perlu dilakukan sebagai salah satu sarana meraih keunggulan.
Organisasi-organisasi terus mengembangkan rencana-rencana dan filosofi-filosofi yang mendorong penerimaan
revolusi teknologi dan mencegah penolakan
perubahan (resistance
to change). Tindakan-tindakan ini memberikan
perubahan besar pada jumlah pekerjaan, tipe pekerjaan, dan keterampilan yang dibutuhkan. Pendidikan, pelatihan, struktur organisasional, dan fleksibilitas organisasi perlu pula diubah.
Dengan revolusi
teknologi terjadi pengaruh
psikologis seperti rasa takut tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
yang cepat. Perubahan
teknologi memiliki implikasi utama terhadap fungsi-fungsi SDM. Kemajuan teknologi memberikan peluang bagi manajer SDM maupun manajer
lini untuk menandai
pemain penting dalam tim manajemen
(Hammer & Champy,
1993).
Perkembangan
pengetahuan dan teknologi mengubah peranan tenaga kerja dari tenaga kasar (blue
collar) dan fungsi clerical menjadi
fungsi yang bersifat teknis (technical), fungsi manajerial dan professional. Kebutuhan
tenaga blue collar menurun dan
banyak pekerjaan clerical diambil
alih oleh mesin otomatis. Oleh karena itu perlu dilakukan
rancang ulang sistem
seleksi, sistem kompensasi, uraian tugas, dan sistem
pelatihan.
Munculnya organisasi yang ramping, datar dan
fleksibel memiliki pengaruh besar pada MSDM
dan sistem manajemen (Walker, 1990). Semakin tinggi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan SDM membuat hubungan
kerja semakin bersifat kemitraan. Perencanaan karir
bersifat semakin transparan sehingga perlu penerapan
sistem manajemen yang lebih terbuka.
Mengelola Diversitas Sumber Daya Manusia
Untuk Meraih Keunggulan Bersaing
Mengelola diversitas angkatan kerja berarti
menarik, mempertahankan, memotivasi individu-individu dengan latar belakang yang beragam dan bervariasi
yang berkaitan dengan ras, jenis kelamin, asal-usul, bahasa, status perkawinan, dan pendidikan (Cox &
Blake, 1991). Selama era 1990-an dan memasuki abad 21 diversitas sumber daya manusia
5
menjadi komponen utama fenomena
tenaga kerja dalam organisasi. Diversitas merupakan isu yang nyata-nyata penting dan relevan saat ini
dan pada masa yang akan datang.
Perubahan-perubahan demografi menciptakan tantangan baru bagi manajer dalam organisasi.
Perbedaan-perbedaan diantara
individu sering menciptakan
konflik dalam organisasi. Jika konflik tidak ditangani secara cepat maka akan menghasilkan kinerja yang buruk. Isu-isu diversitas dapat mempengaruhi perilaku
SDM di seluruh organisasi, departemen-departemen yang ada, kelompok-kelompok kerja, hubungan-hubungan atau interaksi
dua
arah (dyadic)
dalam organisasi. Organisasi yang sukses adalah organisasi yang menanggapi masalah
diversitas secara proaktif.
Fenomena diversitas perlu diperhatikan dalam proses perencanaan strategis SDM (Foster,
1988). Para praktisi
SDM, ahli pengembangan organisasional, konsultan, dan spesialis SDM diharapkan membantu mengelola pelatihan
dan melakukan dinamika
pelatihan SDM serta memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan sumber daya manusia.
Boston Corporation mengemukakan bahwa
perusahaan-perusahaan
yang menghargai diversitas akan
tampil sebagai pemenang. Program-program yang mendukung diversitas tidak
membahayakan kemampuan perusahaan tetapi justru akan berhasil
secara finansial. Perusahaan yang mengelola diversitas dengan baik bermain untuk
memenangkan persaingan. Diversitas menciptakan lebih banyak kreativitas dan inovasi (Lawrence,
1989).
Respon terhadap
isu-isu diversitas terus berkembang sehingga muncul manajer-manajer khusus untuk mengelola
diversitas seperti yang dimiliki Digital Equipment Corporation, Honeywell, Avon, P&G, dan beberpaa perusahaan besar lain (Copelland, 1988). Stona Fitch, wakil presiden
manufacturing P&G berpendapat : Perusahaan-perusahaan yang pertama mencapai suatu lingkungan multikultural akan
memiliki keunggulan kompetitif.
Diversitas memberikan lingkungan yang jauh lebih kaya, memiliki keragaman sudut pandang dan produktivitas yang lebih besar. Diversitas membuat pekerjaan jauh lebih
menarik dan menyenangkan (Lawrence, 1989). Hawlett Packard melakukan
sesi-sesi pelatihan bagi manajer untuk mengajarkan mengenai kultur ras yang berbeda-beda, diversitas gender dan kebutuhan pelatihan.
P&G telah mengimplementasikan program-program penilaian diversitas di seluruh organisasi serta merancang program
untuk mempertahankan manajer-manajer kulit hitam dan manajer-manajer wanita
di perusahaannya (Copeland, 1988). Di Merck
tanggung jawab perekrutan tenaga kerja secara keseluruhan telah dialihkan dari departemen SDM pada manajer-manajer lini. Merck meningkatkan perekrutan tenaga kerja
wanita
dan golongan minoritas (Lawrence, 1989).
Equitable Life Assurance Society mendorong kaum wanita dan golongan minoritas
untuk membentuk kelompok-kelompok pendukung yang secara
periodik mengadakan pertemuan-pertemuan dengan CEO untuk membahas masalah-masalah mereka (Schuller, 1990).
Saat ini semakin banyak
perusahaan yang merancang program-program diversitas
SDM dengan keterampilan, bahasa, latar belakang budaya, umur dan jenis kelamin
yang berbeda.
6
MSDM harus dapat menciptakan psikologi
lingkungan positif seperti :
1)
Meningkatkan bobot dan nilai pekerjaan.
2)
Meningkatkan keamanan dan kenyamanan kondisi
kerja.
3)
Memelihara tingkat upah dan sistem imbalan yang memadai.
4)
Menciptakan kepastian kerja.
5)
Supervisi yang kompeten.
6)
Menciptakan peluang yang lebih besar untuk maju dan berkembang.
7)
Adanya umpan balik (feedback).
8)
Lingkungan sosial yang positif dan keadilan.
Mengelola SDM Untuk Meningkatkan Daya Saing
Organisasi-organisasi
saat ini mengakui bahwa kesuksesan dan daya saing
sangat tergantung pada tingkat efesiensi dan keefektifan operasional dan strategik. Tingkat efesiensi dan keefektifan operasional meliputi
(Flaherty, 1996) :
1)
Restrukturisasi operasi
2)
Penurunan biaya operasi
3)
Peningkatan kualitas barang dan jasa
4)
Inovasi secara terus menerus
5)
Pengembangan produk baru
Sejalan dengan perubahan lingkungan bisnis global dan semakin sengitnya
persaingan yang terjadi,
dunia kerja dan organisasi juga mengalami perubahan. Isu-isu bisnis yang berkaitan
dengan SDM terus berkembang dan menyebar pada seluruh organisasi yang ada saat ini. segala upaya yang diperlukan untuk menciptakan suatu organisasi yang berhasil tergantung pada perubahan yang signifikan dalam MSDM. Berbagai
upaya yang
dilakukan organisasi adalah :
1.
Perampingan organisasi (downsizing) yang meliputi pensiun,
pemberian uang pesangon,
suksesi manajemen dan program-program perencanaan SDM yang lebih baik untuk mengurangi terjadinya downsizing lebih lanjut.
2.
Desentralisasi melibatkan upaya melatih pekerja
dalam pembuatan keputusan, penilaian kerja, perubahan-perubahan kompensasi, dan keterampilan leadership yang
baru.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman eksekutif
tidak ada organisasi yang fleksibel, yang ada hanya orang-orang yang fleksibel. Staff SDM diharapkan dapat mengarahkan dan mendukung upaya organisasi untuk mengembangkan
kemampuan manajer dalam sebuah organisasi yang datar, lebih ramping dan lebih fleksibel. Kasus reenginering di General Electrics yang dipimpin oleh
Jack Welch menunjukkan bahwa kerja tim, perspektif seluruh perusahaan, wawasan global, dan orientasi pelanggan merupakan atribut- atribut
kritis bagi pemimpin-pemimpin General Electric.
Walaupun
demikian dalam organisasi yang datar dan ramping, rotasi dan mobilitas pekerjaan cukup sulit dilakukan sebab lebih
sedikit manajer- manajer yang
memiliki mobilitas tinggi. Meningkatnya tekanan waktu serta tuntutan
terhadap kinerja unit-unit
bisnis dan kinerja
individual dapat menyebabkan unit-unit bisnis mengalami
kemunduran karena sulitnya
7
melepaskan manajer-manajer
berbakat untuk bertugas di lokasi-lokasi yang
tersebar di seluruh
dunia. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk mengelola SDM dalam organisasi
yang lebih datar dan lebih ramping.
Terjadinya
merger dan akuisisi perusahaan-perusahaan menyebabkan pengurang (reduksi) tenaga kerja dan hubungan-hubungan dengan komunitas yang memiliki
fasilitas (sebelumnya tersembunyi). Merger dan akuisisi
memiliki implikasi-implikasi penting bagi MSDM. Merger dan akuisisi perlu
menyelaraskan kembali reporting relationship (hubungan-hubungan pelaporan)
dan integrasi macam-macam organisasi yang semula independen (tidak saling tergantung). Manajer SDM dan
manajer lini harus dapat bekerja sama dalam mendukung program-program dan strategi organisasi untuk menciptakan organisasi yang efektif.
Mengelola SDM Untuk Menghadapi Globalisasi
Globalisasi
akan terus menjadi fenomena yang tidak dapat dielakkan. Perusahaan akan beroperasi di lingkungan bisnis yang bergejolak
dan kacau. Tekanan internasional dan
domestik terhadap organisasi terus berlanjut dan semakin intensif. Dengan kemajuan teknologi
informasi, teknologi komunikasi dan pasar finansial dunia akan
melebur dan negara bangsa kan berakhir
(Ohmae, 1996). Organisasi harus memiliki kreativitas tinggi, terus menerus melakukan inovasi, meningkatkan
fleksibilitas, memberikan respon dan beradaptasi secara cepat terhadap
perkembangan-perkembangan di seluruh dunia.
Dalam kondisi
ini organisasi yang dapat menyesuaikan diri adalah organisasi yang lebih bersifat
desentralisasi (tanggung jawab
lebih dekat pada level pengoperasian). Organisasi yang terdesentralisasi memiliki kepemimpinan
yang partisipatif dan memiliki kerjasama yang baik dengan pemasok,
konsumen, karyawan pemegang
saham dan masyarakat (stake holdernya). Selain itu perusahaan
harus menciptakan produk baru memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan
dengan mencari dan menjaga keunggulan.
Organisasi harus mengembangkan perspektif global. Kecepatan dan ketangkasan akan menjadi syarat mutlak bagi organisasi modern.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan SDM perlu mencerminkan karakteristik- karakteristik organisasi yang diperlukan. Organisasi memerlukan manajer internasional yang tidak hanya memiliki
kemampuan teknis saja tetapi harus pula memiliki
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan
budaya yang dihadapi.
Seringkali manajer gagal karena tidak dapat menyatu dengan adat dan budaya di negara asing di mana organisasi beroperasi (Barlett & Ghosal,
1992).
Manajer seharusnya mengenal sikap mental dan perilaku
bawahan baru serta
bagaimana memperlakukan orang-orang asing. Menurut Jeffry Stall, direktur
hubungan personel perusahaan Merck, untuk go internasional diperlukan daya saing perusahaan dalam bidang kompetensi SDM baik secara
domestik maupun internasional. Struktur global memerlukan SDM yang dapat beroperasi secara internasional (Wortzel
& Wortzel, 1997).
8
Berbagai Perubahan
Dalam MSDM
Perubahan dan perkembangan lingkungan bisnis menuntut penyesuaian dan perubahan peran MSDM dan
MSDM dituntut mempunyai peran strategis. Era manajemen personalia yang lebih cenderung
bersifat administratif harus berubah menuju era manajemen
yang lebih proaktif.
MSDM dalam aktivitasnya harus mampu mengantisipasi berbagai perkembangan
yang sedang dan akan terjadi, kemudian melakukan berbagai tindakan
untuk menjawab tantangan-tantangan itu.
Secara konvensional fungsi-fungsi SDM hanya merupakan fungsi bagian personalia antara lain :
1)
Mencatat dan memelihara data personalia
2)
Memenuhi aturan dan ketentuan yang dibuat oleh perusahaan
3)
Memenuhi peraturan-peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan yang dibuat oleh perusahaan
4)
Melakukan negoisasi perjanjian kerja dan pengupahan.
Adanya tekanan
akibat perubahan yang terjadi di bidang sosial,
ekonomi, teknologi komunikasi dan teknologi informasi
mengubah peran manajemen sumber daya manusia
menjadi makin berkembang ke tingkat yang lebih dominan.
MSDM berubah
dari fungsi spesialisasi yang berdiri
sendiri menjadi fungsi yang terintegrasi dengan seluruh fungsi lain dalam bisnis untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan. Dalam lingkungan yang berubah MSDM memiliki peranan penting antara lain (Ma’arif,
1995)
1.
Memperhitungkan biaya-biaya yang menyangkut SDM seperti perekrutan tenaga kerja, kompensasi dan kesejahteraan, pengobatan dan
perawatan, asuransi, pensiun,
dan biaya-biaya tidak langsung lainnya.
2.
Memberikan saran-saran,
pertimbangan dan pelatihan pada manajer lini
tentang keahlian dasar di bidang SDM.
3.
Menyusun program-program dan usaha untuk memelihara dan mengembangkan nilai-nilai dan potensi SDM dalam organisasi.
4.
Bersama-sama dengan tim manajemen
mencari, menumbuhkan, dan memelihara nilai-nilai dan perilaku yang mempengaruhi pemikiran, perasaan, pembicaraan dan tindakan individu
dalam organisasi agar dapat memperoleh norma dan budaya yang konstruktif.
5.
Menyusun program perbaikan
kualitas yang merancang
desain kerja.
6.
Mengkaji dan menerapkan berbagai
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang MSDM seperti
perilaku individu, perilaku organsasi, dan psikologi. MSDM memiliki kewajiban memahami
perubahan-perubahan
yang semakin
kompleks dan selalu terjadi di lingkungan bisnis (demografis, geografis, lingkungan hidup, jenis dan tipe bisnis, dan peraturan
perundangan yang berlaku). MSDM
diperlukan dalam mengantisipasi perubahan teknologi dan memahami
dimensi internasional yang mulai memasuki bisnis akibat era informasi dan teknologi yang berkembang pesat.
9
Agar MSDM dapat memainkan peran sebaik-baiknya,
diperlukan seorang
inovator yang bertanggung jawab,
selalu mengikuti perkembangan
dan mampu menyerap informasi-informasi baru untuk mengantisipasi isu-isu SDM dan isu bisnis yang ada. Seperti
manajemen fungsional lainnya (pemasaran, keuangan, produksi, riset dan pengembangan),
MSDM diharapkan mampu memberikan respon terhadap segala perubahan yang terjadi.
Perubahan
utama MSDM terletak pada prinsip kerja manajemen yang pada mulanya lebih banyak memberikan layanan bagi unit
fungsional lain. Dalam prinsip
kerja proaktif MSDM berperan sebagai
mitra bagi bidang-
bidang fungsional lain dalam organisasi. Ini menunjukkan peran aktif MSDM dalam perencanaan, pengelolaan, dan
pengembangan aktivitas perusahaan pada bidang-bidang yang berkaitan dengan alokasi dan pengembangan sumber daya manusia.
Perubahan Fungsi MSDM
MSDM sebagai
spesialis fungsional memiliki
sistem kerja yang responsif atau reaktif sudut pandangnya bersifat
operasional hirarkis, dengan lingkup perhatian pada departemen internal
dan lebih terpusat
pada karyawan. Organisasi fungsi MSDM memiliki struktur
fungsional. Dalam kebijaksanaan strategis, departemen SDM mempunyai
tanggung jawab lebih
besar. Pada saat
fungsi MSDM sudah terintegrasi dengan seluruh fungsi lain, MSDM memiliki sistem kerja yang proaktif, dengan sudut pandang
strategis dan lingkup
perhatian yang komprehensif pada perusahaan. Fungsi MSDM juga memperhatikan integrasi
sasaran-sasaran perusahaan. Organisasi fungsi MSDM memiliki
struktur yang fleksibel. Kebijaksanaan strategis SDM menjadi tanggung jawab manajer lini dan departemen
SDM (Adi, 1996).
Perubahan Perhatian (Focus)
MSDM
Perubahan fungsi MSDM mengakibatkan terjadinya perubahan perhatian
pada hal-hal baru. Sebagai spesialis
fungsional MSDM menggunakan dasar aktivitas yang
berkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat operasional.
Fokus perhatian MSDM secara konvensional adalah karyawan sebagai individu dan memusatkan pada kebutuhan bisnis internal.
Setelah
terjadinya perubahan dan perkembangan
lingkungan, MSDM memiliki dasar aktivitas partisipasi dalam suatu perencanaan strategis. Fungsi operasional MSDM secara proaktif
menciptakan perubahan dan menangani
dampak perubahan tersebut. MSDM memfokuskan perhatiannya pada karyawan sebagai anggota tim kerja, lingkungan
kemasyarakatan, dan sudut pandang manajemen atau perusahaan.
Agar
perubahan fungsi MSDM dapat berjalan dengan baik maka bidang- bidang fungsional lain dalam organisasi
harus pula memahami perubahan yang
terjadi. Tanpa pemahaman tidak akan ada kerja sama yang baik antara bidang-bidang fungsional lain. Organisasi
menyadari bahwa mengelola SDM (managing people) adalah tugas semua manajer.
10
Selain mengarahkan bawahan untuk bekerja
dengan baik demi tercapainya sasaran
organisasi, setiap manager dituntut :
1.
Memiliki kemampuan mengatur
bawahan.
2.
Mengatasi berbagai masalah yang muncul pada masing-masing unit kerja.
3.
Mendukung pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan kerja karyawan.
Fungsi dan perhatian manajemen personalia dan MSDM begitu berbeda.
Menurut Rudman (1994) manajemen personalia akan
memastikan bahwa karyawan yang
bekerja saat itu sudah tepat baik jumlah, kemampuan dan keahliannya. Hal ini berarti manajemen personalia menganggap
karyawan yang ada sudah sesuai dengan
kebutuhan organisasi, telah dikelola dengan baik, dan diberi imbalan dengan cepat pula (Adi, 1996).
Sedangkan MSDM adalah aktivitas
strategis yang memiliki
sasaran untuk memastikan bahwa
organisasi mengalokasikan dan mengembangkan sumber
daya manusianya sesuai dengan perencanaan dan sasaran strategis persusahaan. Oleh karena itu fungsi MSDM tidak hanya berhenti pada perhatian
saat ini saja tetapi juga pada masa yang akan datang. Pola pikir dan pola kerja MSDM harus berorientasi jangka panjang.
Perubahan Kualifikasi Pengelola SDM
Perubahan fungsi dan pusat perhatian MSDM menuntut perubahan
kualifikasi pengelolanya agar dapat mengikuti
perkembangan dan memberikan tanggapan yang sesuai. Sebagai
spesialis fungsional pengelola SDM hanya memiliki pengetahuan terbatas dan hanya sebagai spesialis
dibidangnya. Fokus perhatiannya hanya pada masa kini dan memiliki sudut pandang
sempit. Sebagai fungsi yang terintegrasi, pengelola MSDM seharusnya memiliki keahlian yang
generalis,berpengetahuan luas. Pengelola SDM
sebagai fungsi yang terintegrasi memiliki jalur karir ke banyak bidang fungsional lain, memfokuskan perhatian
ke masa depan, dan sudut pandangnya bersifat
global.
Kultur kompetensi pengelola MSDM tergantung pada besar kecilnya
organisasi, jenis organisasi,
struktur,
pola,
dan
sistem
manajemen
SDM. Untuk mengelola MSDM dibutuhkan orang-orang yang kompeten di bidang:
1.
Teknis operasional yaitu pengetahuan di bidang manajemen sumber daya manusia.
2.
Memahami bisnis inti (core bussiness) dan lingkungan bisnis
yang digeluti perusahaan (pesaing, peluang dan ancaman).
3.
Pengetahuan manajerial komperhensif mengenai bidang operasi perusahaan.
4.
Memahami sasaran organisasi.
5.
Kepemimpinan fungsional dan organisasional.
Dengan
demikian MSDM dapat mengantisipasi perubahan yang terjadi dan menyusun rencana tindakan untuk menghadapi perubahan
tersebut.
11
Implikasi Perubahan
MSDM Pada Departemen SDM
Perubahan peran MSDM memiliki implikasi pada
departemen
SDM yaitu perlunya repositioning (penempatan kembali). Menurut Schuller
dan Jackson (1988) terdapat 4 fase yang harus dilalui
oleh program-program repositioning departemen SDM antara lain :
1.
Mengidentifikasi
dan menemukan keadaan saat ini.
2.
Mengembangkan rencana-rencana tindakan.
3.
Mengimplementasikan rencana-rencana yang telah disusun.
4.
Mengevaluasi dan merevisi
rencana-rencana yang dijalankan.
Untuk memainkan
peran
yang
baru,
MSDM
berhenti mengkonseptualisasikan peran mereka sebagai
kontributor individual profesional dan menyadari bahwa peran
mereka membantu kepemimpinan organisasi
dalam menghadapi isu-isu SDM. Departemen SDM dan manajer yang kompeten sangat diperlukan untuk melakukan peran baru mereka.
Kompetensi
manajer SDM dapat diperoleh melalui beberapa aktivitas pengembangan yang berhubungan dengan 6 peran utama manajer SDM
yang baru antara lain (Walker,
1988):
1.
Sebagai orang bisnis.
2.
Sebagai pembentuk perubahan.
3.
Sebagai konsultan bagi organisasi atau mitra kerja organisasi.
4.
Sebagai perumus dan pengimplementasi strategi.
5.
Sebagai manajer bakat, minat dan kepemimpinan.
6.
Manajer asset dan pengendalian biaya.
Sedangkan beberapa
aktivitas pengembangan yang dilakukan untuk mencapai kompetensi manajer SDM antara lain (Schuller, 1990) :
1.
Menjadi orang bisnis dan eksekutif
bisnis bukan hanya sekedar spesialis personel.
2.
Memahami dan mengkomunikasikan bagaimana
program-program sumber daya manusia secara langsung mempengaruhi sasaran bisnis dan menjadi konsultan
organisasi.
3.
Menjadi pembentuk perubahan agar dapat mengantisipasi masalah- masalah yang ada dalam organisasi.
4.
Membantu menggambarkan dengan
jelas kultur perusahaan dan sistem nilai yang berkembang.
5.
Menjadi tenaga penggerak untuk
membentuk perubahan sikap perilaku dan keterampilan.
6.
Menjadi penasehat dalam memecahkan
masalah-masalah SDM bagi CEO dan senior manajer lain dan sebagai perencana strategis.
7.
Mengintegrasikan perencana dalam
proses perencanaan strategis SDM dan
menterjemahkan strategi-strategi bisnis spesifik menjadi kultur dan persyaratan-persyaratan tenaga kerja utama.
8.
Menemukan bakat manajemen terbaik,
mengantisipasi kebutuhan- kebutuhan
SDM, dan merencanakan suksesi yang jelas.
9.
Menjadi manajer yang proaktif
dengan memeriksa biaya dan pelayanan konsumen di samping menyumbangkan gagasan pengendalian biaya.
12
10.
Memperluas manajemen angkatan kerja dalam usaha meningkatkan produktivitas dan mengembangkan sistem
pengupahan yang berkaitan dengan produktivitas dan penghematan biaya.
Beberapa organisasi telah mengembangkan peran-peran baru manajemen. Mereka menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan personel SDM, program-program universitas, perspektif bisnis dan perspektif strategi. Departemen SDM mempelajari kebutuhan-kebutuhan
bisnis manajer lini dan menyesuaikan
aktivitas-aktivitas SDM dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada. Hasil program ini dapat menciptakan pelayanan SDM yang
lebih baik, meningkatkan komitmen staff SDM, menciptakan tantangan dan menciptakan motivasi bagi departemen SDM.
Semua ini merupakan esensi perubahan fungsi MSDM akibat perkembangan yang terjadi.
KESIMPULAN
Lingkungan bisnis telah mengalami
perubahan secara fundamental. Perubahan-perubahan tersebut menuntut
perubahan peran MSDM yang lebih
kompleks dan lebih baik dari sebelumnya Sumber daya menjadi asset kritis organisasi. Hal ini berarti SDM tidak hanya sekedar diikutsertakan dalam filosofi
perusahaan tetapi juga dalam proses perencanaan strategis.
Meningkatnya isu-isu
bisnis yang terkait
dengan SDM memiliki
pengaruh kuat pada manajer sumber daya manusia dan manajer fungsional dalam organisasi. Sumber daya manusia
memerlukan pengelolaan yang efektif agar dapat menciptakan kompetensi bagi perusahaan. Dengan demikian daya saing organisasi dalam menghadapi globalisasi akan meningkat. Selain
itu maraknya fenomena diversitas SDM diharapkan dapat menjadi sumber keunggulan
bersaing bagi perusahaan.
MSDM dituntut
lebih proaktif dan responsif. Segala aktivitas yang dilakukan
harus dapat mengantisipasi berbagai perkembangan yang terjadi, kemudian
melakukan tindakan-tindakan untuk menghadapi isu-isu
bisnis yang berkaitan
dengan SDM. Manajemen
sumber daya manusia telah
berubah dari fungsi spesialisasi yang berdiri sendiri
menjadi fungsi yang terintegrasi dengan seluruh fungsi-fungsi lain dalam organisasi, untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan. Berubahnya fungsi dan pusat perhatian MSDM memerlukan perubahan
kualifikasi pengelola MSDM agar dapat mengikuti
perkembangan dan memberikan
tanggapan yang sesuai.
Perubahan
peran MSDM berpengaruh pada departemen SDM. Secara tradisional, departemen ini merupakan spesialis-spesialis fungsional,
namun belum melakukan fungsi-fungsinya dengan cara yang diarahkan pada bagaimana
membuat organisasi lebih kompetitif dan efektif. Oleh karena itu departemen SDM tidak dapat dengan mudah menerima tugas-tugas yang berorientasi bisnis dan menjadi tim manajemen.
MSDM dan
manejer lini telah mengalami perubahan yang mendasar. Untuk melakukan perubahan-perubahan tersebut perlu penempatan
kembali (repositioning) departemen SDM dan sudah semestinya bekerja sama
dengan departemen fungsional lain
untuk mendapatkan pemahaman total tentang isu-isu bisnis dan tuntutan
bisnis global. Dalam memainkan peran baru departemen SDM berusaha menggali
dan mengembangkan
13
kompetensi yang dimiliki. Semua upaya tersebut
memerlukan suatu perubahan
organisasional substansial agar departemen SDM dapat berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, W. 1996. Perubahan
Peran Manajemen Sumber Daya Manusia
Di Lingkungan Yang Berubah, Manajemen, Sep.-okt:45-47.
Copeland, L. 1988.
Valuing
Diversity:
Pioneer
and
Champions
of
Change,
Personnel,
Jully: 48.
Cox, T.H. & Blake, S. 1991.
Managing Cultural Diversity: Implication for
Organizational Competitiveness, Academy of Management Executive, 5: 45-46.
Flaherty, M. T. 1996. Global Operation Management, New York: Mc Graw Hill.
Inc.
Foster, R.P. 1998. Work Force Diversity
and Bussiness, Training and Development Journal,
April:39.
Hammer, M. & Champy, J. 1993. Reengeenering The Corporation: A Manifesto for Business Revolution, New York: Harper
Lina Anatan,
M.Si & Lena Ellitan, Ph.D. 2007. Manajemen
Sumber Daya Manusia Dalam Bisnis Modern, Bandung, Alfabeta
Ma’arif,
A. 1995. Tantangan Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen, Jan-Peb:
42-45.
Ohmae, K. 1995. The end of The Nation State: The Rise of Regional Economics,
New York: The Free Press.
Schuller, R.S. 1990. Repositioning The Human Resources
Function: Transforming or Demise, Academy Management Executive, 4(3): 49-59.
Schuller,
R.S. & Jackson, S.E. 1988. Customerizing The Human Resources Departement, Personnel, June:
36-44.
Walker, J.W. 1988. Human
Resource Role for the 1990’s, Human
Resources Planning, March: 55-60.
Walker, J.W. 1990. Managing Human Resources in Flat, Lean, and Flexible Organization: Trend for The 1990’s, Human
Resource Planning, vol. 11: 125-132.
Wortzel,
H.V. & Wortzel,
L. H. 1997. Strategic
Management In Global
Aconomy, New York: Jhon Wiley & Son, Inc.
14
Mantap
BalasHapus